Assalamualaikum teman teman.. Alhamdulillah sudah hampir memasuki bukan juli. Sudah persiapan new normal tahap berikutnya. Bagaimana nih kamu sudah pernah keluar rumah? Aku sih masih sekedar urusan domestik. Seperti ke supermarket, apotik atau tukang sayur. Kalau mengunjungi mall ataupun nongki nongki di rumah makan. Alhamdulillah belum ya.
Biarlah tetap dirumah Aja dulu, sampai benar benar aman. Ngomong ngomong soal di rumah saja, kemarin aku ikutan webinar Bicara gizi bersama Nutrisi Bangsa. Yup biasanya menyimak informasi mengenai nutrisi, lingkungan dan tumbuh kembang Anak dengan bertatap muka langsung. Kali ini masih melalui webinar. Namun walaupun begitu ternyata tetap seru loh. Selain materi yang disampaikan memang menarik temanya. Pembicaranya pun praktisi hebat di bidangnya masing masing. Plus ada MC yang kocak tapi pinter banget menjalin Acara. Yuph siapa lagi kalau bukan mas Noval. Yang memang sering sekali didapuk membawakan acara Bicara Gizi.
Masih dalam rangka Minggu Alergi NUB. Tema yang di usung dalam Bicara Gizi Kali ini adalah ” Menekan Potensi Alergi si kecil dengan deteksi alergi Dan asupan nutrisi yang tepat sejak dini”.
Pembicaranya pun kurasa tidak asing lagi. Beberapa dari mereka pun pernah mengisi beberapa tema materi tentang tumbuh kembang Anak. Mereka adalah
Narasumber :
1. Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes., Konsultan Alergi dan Imunologi Anak
2. Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari TigaGenerasi
3. Chacha Thaib, Sosok Ibu dengan Anak Alergi
4. Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia
Setelah mendengar kata sambutan dari Pak Arif Mujahidin, Acara webinar dilanjutkan dengan materi dari Prof Budi. Mengenai APA itu alergi dan bagaimana deteksi alergi sejak dini dapat dilakukan.
Ternyata Gaes. Alergi itu bukan hal sepele. Bukan sekedar salah makan lantas timbul bentol dan gatal gatal. Dari alergi ini bisa menyebabkan banyak dampak yang tidak Kita inginkan terutama pada Anak Anak. Bila alergi berat terjadi sejak dini wah Anak Anak bisa mengalami kekurangan nutrisi di Masa 1000 HPK dan bisa terancam terkena stunting juga gaes. Karena itu penting sekali deteksi dini agar dapat Menekan potensi Alergi si kecil terutama yang punya riwayat alergi dari kedua orang tuanya.
Penjelasan tentang alergi disampaikan oleh Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), Mkes – Konsultan Alergi Imunologi Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam berekasi secara imunologi terhadap bahan bahan yang umumnya imunogenik atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan tersebut disebut alergen. Alergen bisa bermacam-macam, mulai dari bulu binatang, debu, sampai makanan tertentu seperti telur dan kacang-kacangan.
Menurut World Health Organization, penduduk dunia yang mengalami alergi berkisar 30-40 persen. Sebagian besar berupa alergi makanan, yaitu mencapai 550 juta orang dari total populasi penduduk di dunia. Rata-rata pemicu alergi adalah susu sapi, telur, dan seafood.
Di Eropa malah alergi susu sapi merupakan penyebab alergi tertinggi. Rupanya di Indonesia angka kejadian alergi susu sapi juga cukup banyak.
Alergi ini ternyata diturunkan oleh kedua orang tua. Sehingga dengan begitu dapat diprediksi berapa besar potensi Alergi yang akan diderita Anak nantinya. Dengan begitu dapat dilakukan penekanan potensi alergi dengan penerapan nutrisi seimbang semasa 1000 HPK. Yang ternyata menurut professor Budi memiliki hubungan yang erat antara deteksi dini, nutrisi 1000 HPK dan potensi Alergi.
Seperti yang Kita tahu, golden age 1000 Hari Pertama kehidupan merupakan ujung tanduk proses pembentukan organ pada janin, termasuk perkembangan otak dll. Proses ini dimulai dari 270 Hari selama dalam kandungan hingga 730 hari Setelah dilahirkan.
Bila ada potensi Alergi yang muncul di Masa 1000 HPK ini tentu saja akan mempengaruhi tumbuh kembang Anak. Karena alergi dapat menyebabkan infeksi yang nantinya menghambat dan mengurangi nutrisi yang terserap tubuh Anak. Sehingga tumbuh kembang anak akan terganggu.
Alergen penting yang banyak dilaporkan pada tahun pertama kehidupan antara lain, susu sapi, telur, kacang kacangan, makanan laut terutama udang dan kerang, gandum dan ikan. Ketika anak memiliki resiko alergi atau menjadi atopik, maka seringkali mengalami pembatasan bahan makanan yang bisa dikonsumsi, sehingga terjadilah ketidak -seimbangan nutrisi yang masuk kedalam tubuh anak. Hal ini lah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak anak bahkan bisa tumbuh sebagai anak “Picky Eater”, berisiko gizi buruk, berat badan kurang, pertumbuhan lambat. Selain itu alergi juga dapat terjadi sejak bayi, terutama pada bayi yang tidak mendapatkan ASI. Bayi yang belum bisa mencerna makanan padat dan tidak mendapatkan ASI, sangat beresiko mengalami pertumbuhan yang terhambat, apalagi bila bayi tersebut mengalami risiko alergi protein susu sapi dimana 1 dari 12 anak di dunia memiliki risiko alergi protein sapi*, dan risiko alergi anak akan semakin tinggi apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga. Anak berisiko lebih besar terkena alergi jika memilki riwayat keluarga alergi karena alergi bisa diturunkan secara genetik dari ibu, ayah, kakek, nenek, dan anggota keluarga lainnya meski alergi yang diderita dalam keluarga besar tersebut bisa saja berbeda-beda.
Makanya sekaligus di Acara webinar kemarin itu diinfokan deteksi dini riwayat alergi keluarga melalui sebuah web yang sangat mudah Kita akses. Yakni bit.ly/allergyriskscreener