Beberapa teman sering bilang, ” Kamu enak fik, hidupnya santai. Nggak perlu cari uang nggak perlu kerja, kerjaan dirumah juga nggak banyak”
Ya memang sih, kalau dilihat sekarang. Aku itu termasuk yang nggak urgent banget untuk keluar rumah. Karena memang aku sekarang cuma pengangguran. Sesekali menerima orderan pekerjaan sebagai influencer nano ( itu yang followernya kecil bingit wkwkwk) atau mereview product sebagai blogger.
Sebagai online shop juga angin anginan, kadang lagi rajin promo ya aku promo, kalau ada pesanan daster atau lakban baru deh jadi olshop. Alhamdulillah kalau untuk kebutuhan hidup sehari hari, penghasilan Suami sudah lebih dari cukup. Yang penting itu kan biaya hidup bukan gaya hidup.
Tapi kalian juga nggak boleh menuduhku sebagai kaum santuy yang nggak ada gunanya. Karena kalian nggak tahu sih dulunya aku itu gimana (lah malah curhat).
Yes aku dari SMU sudah bantu ibuku mencari nafkah. Kalau anak lain sekolah bawa buku, aku tuh sekolah bawa dagangan. Pempek, martabak, Nasi uduk, bakwan, kue, permen, coklat sampe aqua dingin ada di dalam keranjang dan tasku. Sebenarnya aku jualan itu dari SD, trus jaga warung orang sejak smp tapi sekedar menambah uang jajan).
Aku dulu meninggalkan buku di meja sekolah. Jadi yang memenuhi tas dan keranjang yang tiap hari kubawa itu adalah barang daganganku. Boro boro mikirin pacaran. Dulu yang penting ibu dan adik adik bisa makan, ada ongkos sekolah, bisa buat beli buku. Namanya juga anak yatim.
Karena omsetku waktu jualan nggak main main bisa 300-400rb per hari (tahun 98-2001). Walau awalnya aku dimarahin guru BP Karena jualan di kelas. Tapi setelah menjelaskan keadaan keluarga kami yang miskin dan faktanya aku tetap rangking 3 besar. Jadilah izin berjualan di kelas diperbolehkan. Bahkan guru BP jadi langgananku juga.
Nah itu masa SMU Aku habiskan dengan berjualan makanan yang dibuatkan oleh Ibu. Tiap hari dari sejak kelas 1 SMU sampe kelas 3.
Trus pas kuliah aku masih kerja ga? Ya tambah keras lagi. Di kampus aku jualan donat, jadi asisten lab fisika dasar, asisten dosen, juga jadi pedagang gamis dan jilbab musiman (tiap ada bazzar). Belum lagi pulang kuliah ngajar les private. Ga ada waktu untuk santai gaes. Tuntutan perut minta diisi lebih kuat daripada waktunya santai.
Lulus kuliah tambah lagi, kerjaaan seabreg abreg, karena aku perlu bayar sekolah adekku yang bungsu, dan bayar uang kuliah semester adekku no 4 yang sayangnya ga selesai. (Gemesh padahal cari uangnya susah tauk).
Setelah nikah aku juga masih kerja sampe tahun 2013 terakhir kerja itu bulan oktober. Nah sejak itu aku sudah jadi pengacara, pengangguran banyak acara. Alasan berhenti bekerja adalah karena aku promil yang sempat berhasil hamil di 2017. Tapi keguguran dan sekarang lanjut promil lagi.

Jadi kalau ditanya persiapan dan tips kerja dari rumah aku tuh bingung. Xixixi karena ya itu aku ndak bisa dibilang sedang full kerja sekarang ini. Kerjaku itu lebih sebagai hobi. Tapi ndak papa mungkin ada yang senasib juga denganku. Aku tuliskan deh apa saja yang jadi penguat diriku jadi full time wife dirumah.
Tips Pertama Menguatkan Hati dan Keyakinan diri sendiri dengan cara.
1. Bersyukur
Memang kesannya diri ini kerdil sekali karena tidak berkarya, tak punya jabatan, nggak kerja kantoran. Apalagi aku pernah dicemooh teman kampus begini ” padahal dulu kamu yang paling pintar ya, tapi ternyata pengangguran”
Biasa aku jawab santai begini ” aku nggak kerja karena kemauanku sendiri, bukan karena nggak diterima kerja. Sekarang aku santai mungkin karena Allah mau balas pengorbanan dan perjuanganku, lagipula yang kasih aku uang dan makan saja nggak komplen kok kalau aku nggak kerja”
Ada lagi yang bilang begini ” harusnya tetap kerja, Kan Kita ga tau kedepannya suami gimana”
Kalau yang itu suamiku yang jawab. Bang Fachrie bilang yang penting itu ridho Suami. “Kalau suaminya ridho istri ga kerja ya sudah turuti saja. Soal rezeki, maut, jodoh dll itu sudah Allah tentukan dari sebelum Kita lahir. Kalau mau mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, mending perbanyak skill (memasak, menulis) itu bisa jadi bekal juga, berbuat baik ke saudara, teman, rajin sedekah insyaallah nanti kalau Ada apa apa, Allah juga bakal kirim pertolongan lewat orang lain. dan lagian jangan mikir yang enggak enggak, berbaik sangka saja ke Allah”
Nah Pak bossnya udah bilang gitu ya udah. Tambah santuy ye kan. Makanya aku tuh easy going aja walau dicemooh sama kaum nyinyiren yang merasa ibu rumah tangga doang nggak berguna sama sekali. Nggak ada yang dibanggakan.
Wkwkwkwk bodo amat. Yang pasti aku bersyukur wae, setelah kehilangan masa remaja karena sibuk kerja keras. Sekarang di usia dewasa aku bisa santai.
2. Tetap bahagia
Setelah bersyukur ya harus bahagia. Jangan lihat ke atas terus pasti iri. Bahagia saja dengan kondisi yang udah ada sekarang. Nggak perlu begadang berhari hari hari seperti dulu waktu masih kerja. Laporan bulanan ada 10 macam. Belum lagi boss yang kadang kadang zalim. Aduh dulu kalau ngggak kepepet butuh duit. Mungkin aku nggak mau kerja yang ribet kayak itu.
3. Jadikan hobi sebagai peluang mendapatkan cuan
Untuk orang yang tidak suka rutinitas macam aku ini memang kerja kantoran sepertinya tidak cocok. Jadi kerja dari rumah seperti online shop atau freelance blogger lebih cocok.

Alhamdulillah masih jualan lakban jumbo dan daster. Masih menghasilkan uang sedikit sedikit dari rumah. Dan ini juga bisa aku pergunakan untuk support keluargaku yang lain yang kurang begitu baik keuangannya. Alhamdulillah masih bermanfaat kan ya walau dari rumah.
Tips yang kedua ini aku dapat dari adikku yang jadwalnya padat merayap karena punya anak 2 dan bakulan kue rumahan.
Ala Bisa Karena Biasa
Sebagai ilustrasi, adekku adalah ibu rumah tangga sekaligus bakul kue rumahan yang memproduksi aneka cemilan, Kue, pempek setiap hari. Selain itu adikku juga mengidap OCD jadi dia harus memastikan rumahnya rapi, so selain bikin Kue tiap hari dia juga membereskan rumah, memasak, mencuci, menjemput Anak pulang Les, serta mendampingi anaknya belajar plus menghapal quran dll.
Aku pernah menginap dirumah adekku dan melihat dia bangun sebelum shubuh, Setelah sholat shubuh dia langsung membuat kue pesenan po sehari sebelumnya. Lanjut masak, nyiapin bekal. Untungnya suaminya kooperatif jadi urusan bangunin si kakak yang sudah mandiri, bisa sholat dan mandi sendiri adalah urusan ayah. Nanti kalau adek Umar bangun juga urusan Ayah untuk mandiin si adek.

Setelah Suami dan si kakak berangkat kerja, adekku biasanya langsung nyuci, jemuran, ngepel nyapu dll. Pokoknya baru berhenti kerja menjelang makan Siang dan sholat zuhur. Trus Abis itu kerja lagi wkwkwk aku aja sampe pusing melihatnya.
Pokoknya seharian itu walau dia jualan Kue dan pempek rumahnya tetap rapi bersih. Daebak banget. Walau nggak di bikin list kayaknya tubuhnya sudah punya alarm sendiri.
Kata adekku ya itu karena dia biasa, jadi bisa. Dia bisa Karena terbiasa. Sedangkan prinsipku aku kerjakan semampumu, jangan Sampai stress. Wkwkwk.
Jadi inti tulisan ini apa sih? Entahlah aku juga nggak tahu. Memang tema bekerja dari rumah ini sekarang belum masuk di ranahku karena Aku masih ibu rumah tangga level satu. Yang tidak terlalu banyak urusan di rumah. Selain masak (kalau bosan makanan beli) beres beres, nyuci baju (Kan dibantu mesin), setrika (kalau mau pergi saja) dan tidak punya tetangga jadi tidak perlu pergi kumpul kumpul (aku tinggal di ruko yang kanan Kirinya toko).
Ya sudah mohon maaf kalau tulisan ini kurang bermanfaat. Ambil saja hikmahnya bila sekiranya ada. Yang pasti aku tuh cuma numpang curhat karena sering dinyinyirin teman teman yang sudah sukses dengan karier ataupun bisnisnya. Sehingga untuk profil ibu rumah tangga yang santuy tak terkira seperti aku ini ibarat warga kelas dua dan tak dianggap.
Namun yang pasti aku mah bodoh amat (ya walau kepikiran dikit) prinsipku aku nggak ganggu kamu, kamu jangan ganggu aku.
Oke deh sampai disini dulu ya curhatan absurdku semoga kamu yang suka nyinyir bisa baca ini. (Walau aku yakin ga bakalan juga dia baca) hahaahh sampai ketemu lagi besok di tulisan keduaku
Salam santuy

intinya harus bersyukur dengan keadaan sekarang, bagaimanapun juga kita tiap hari juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berusaha sendiri