Aku teringat pasien pasien yang Satu ruangan dengan almh ibuku kala itu. Ibu adalah pasien gagal ginjal, pemakai BPJS kelas 1. Namun karena kondisi rumah sakit yang penuh. Kami terpaksa merawat ibu di ruangan kelas 3. Ruangan yang panas, karena ndak punya AC. Dan ramai dihuni oleh 6 pasien.
Aslinya aku sebal banget, karena ibu harus dirawat di kamar seramai dan panas itu. Tapi sudahlah yang sudah terjadi maka terjadilah. Yang kuingat 5 pasien yang sekamar dengan ibu adalah pasien dengan penyakit darah. Ada anemia aplastik, penyakit pengentalan darah, leukimia, penyakit kelainan darah kromosom 13 dan thalasemia.
Usia mereka pun beragam. Pasien leukimia malah masih anak anak usia 15 tahun. Begitu juga yang thalasemia. Masih duduk di bangku sekolah menengah. Dulu aku tidak berani bertanya kenapa penyakit tersebut bisa menjangkiti mereka. Ada sih yang beberapa menceritakan sendiri. Tapi entah apakah benar faktor pencetusnya itu.
Seperti orang tua pasien leukimia yang menceritakan tentang anaknya yang tidak pernah makan makanan rumah. Selalu makan jajanan yang pedas dan mengandung micin. Wallahualam aku sih enggak tahu benar apakah itu pencetusnya.
Ibu yang terkena penyakit anemia aplastik bercerita kalau beliau punya kebiasaan minum teh dari kecil. Nggak pernah minum air putih. Minum cuma mau air teh. Bertahun tahun minum teh saja.
Nah untungnya beberapa hari lalu aku mengikuti acara Seminar kesehatan yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan. Acara ini menitikberatkan informasi mengenai “Thalasemia ” langsungdari ahlinya. Dalam rangka peringatan Hari Thalasemia sedunia.
Acara yang diadakan di aula Siwabessy gedung Prof Dr. Suyudi. Dipenuhi banyak sekali audience, diantaranya para praktis kesehatan, guru dan siswa sekolah menengah dari berbagai sekolah, dan orang tua pasien thalasemia.
Peringatan Hari Thalasemia Sedunia
Memang banyak orang yang belum mengenal thalasemia sebaik mengetahui tentang anemia. Padahal anemia itu sendiri bukan penyakit, melainkan gejala. Dan thalasemia adalah penyakit.
Dengan adanya peringatan hari thalasemia yang diisi dengan Edukasi publik. Diharapkan semakin mencerahkan masyarakat dalam memahami penyakit ini. Apalagi sekarang ternyata banyak sekali pasien thalasemia yang bersekolah, berkerja Dan beraktivitas ditengah tengah Kita.
Dengan mengetahui informasi penyakit thalasemia, diharapkan Kita dapat membantu mereka. Karena pasien thalasemia juga berhak hidup normal Dan bahagia ditengah masyarakat.
Beginilah Terjadinya Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit yang terkait dengan sel darah merah. Mungkin ketika SMP pada pelajaran IPA. Guru Biologi sudah menerangkan sedikit tentang penyakit ini.
Thalasemia merupakan penyakit turunan. Dari kedua orang tua ke anak anaknya. Penyakit ini disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuk protein pembentuk hemaglobin pada manusia. Hal inilah yang menyebabkan sel darah merah pada penderita thalasemia menjadi muda pecah, sehingga penderita menjadi lebih pucat. Karena anemia.
Tapi efeknya bukan sekedar anemia saja. Bila tidak ditangani sejak awal. Anak anak dapat mengalami gagal tumbuh. Juga banyak kerugian lainnya.
Apalagi sampai saat ini thalasemia belum dapat disembuhkan dengan mudah. Di luar Negeri memang sedang dikembangkan pengobatan menggunakan sumsum tulang belakang. Tapi menurut narasumber di Acara kemarin, Dr Iswari. Selain pengobatan ini masih sangat Mahal. Resikonya juga cukup besar. Harus treatment sejak Anak atau pasien belum berusia 5 tahun. Dan angka kesuksesannya pun masih fifty fifty.
Salah Satu jalan perawatan penyakit ini adalah transfusi darah rutin dan minum obat pelepas zat besi. Dan ini sudah disupport oleh Pemerintah Indonesia melalui BPJS dan angka Harapan hidup pasien thalasemia sudah meningkat hingga 60 tahun sama seperti manusia normal pada umumnya.
Tanda Dan Gejala Penderita Thalasemia Mayor
Secara kasat mata, anak dengan thalasemia mayor tampak pucat, lesu, kuning, kadang disertai dengan perut membesarkan. Hal ini terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan sel darah merah yang kurang. Organ organ tubuh harus bekerja lebih keras sehingga terjadi pembesaran hati dan limpa.
Nah thalasemia diturunkan dari salah satu orang tua yang memiliki pembawa sifat thalasemia, atau kedua orang tuanya pembawa sifat. Harusnya penyakit ini bisa dicegah dengan melakukan screening kepada calon pengantin sebelum menikah.
Bagaimana dengan yang saling mencintai? Apa harus berpisah karena salah satu adalah pembawa sifat. Ya tentu saja tidak. Hanya saja akan memberikan warning sebelumnya. Bahwa anak anak yang akan terlahir nanti bisa jadi terkena thalasemia. Sehingga orang tua bisa siap sedia sejak awal.
Dengan adanya Proses screening, jumlah orang dengan pembawa sifat maupun yang terkena thalasemia mayor, diharapkan dapat berkurang Dan insyaallah suatu hari nanti. Penyakit ini akan hilang.
Aku kemarin sudah screening dan tinggal menunggu hasilnya. Yuk Bantu Pemerintah mengurangi biaya pengobatan Dan Bantu calon calon Anak Anak Kita terhindar dari penyakit thalasemia ini dengan Cara screening Sebelum menikah. Pastikan kedua orang tua bukan pembawa sifat.