Aku kerap kali merasa bangga dengan kesederhanaan suamiku. Beliau selalu mau menggunakan kaos kaos branded yang kudapatkan sebagai godiebag setiap kali selesai hadir di sebuah event.

Branded ini tentu saja maksudnya bukan barang bermerk yang mahal. Tapi kaos dengan merk dan iklan produk tertentu. Ada brand Minyak sayur, elektronik, air mineral, promosi film dan masih banyak lagi.

Namun sepertinya aku belum pernah dapat kaos branded dengan merk Rokok. Karena memang aku juga tidak pernah hadir ke event dengan sponshorship rokok.  Kami sekeluarga tidak ada yang merokok, jadi aneh rasanya kalau ikut mengiklankan rokok dengan cara menggunakan kaos maupun merchandisenya.

Nah siapa yang mengira dari selembar kaos sederhana yang kembaran dengan banyak orang bahkan sejuta ummat. Bisa menjadi sebuah problematika sosial. Yup sebenarnya pemakai kaos adalah Iklan berjalan yang gratis dan akan terus membantu mengiklankan suatu produk, tiap kali kaos itu dipakai.

Anak jadi iklan terselubung produk rokok
Anak jadi iklan terselubung produk rokok

Hal ini lah yang terpikirkan olehku setelah mengikuti diskusi dengan para teman blogger dan Yayasan Lentera Anak tepat seminggu yang lalu. aku tercengang dan baru mengetahui bahwa selembar kaos dengan brand tertentu bisa menjadi sebuah permasalahan sosial.

Ceritanya begini. Ada sebuah Audisi olahraga yang menjanjikan beasiswa bagi yang beruntung. Ya iyaalah yang beruntung. Pesertanya bisa sampai ribuan, tapi pemenang beasiswa nggak sampai 30 orang.  Beruntung banget kan yang mendapat beasiswa.

Ajang audisinya tentu bukan masalah. Karena hal ini sesuatu yang positif. Buktinya response masyarakat yang ikutan tiap hari makin bertambah. Kegiatan ini sudah diselenggarakan sejak 2008 jadi sudah 10 tahun berlangsung.

Narasumber dalam diskusi bersama Yayasan Lentera Anak
Narasumber dalam diskusi bersama Yayasan Lentera Anak

Pantauan Yayasan Lentera Anak, dalam 10 tahun saja peserta Audisi Naik hingga 13 Kali lipat yaitu 445 orang anak di tahun 2008. Menjadi 5957 orang di tahun 2018. Total selama 10 tahun adalah 23.683 anak yang terlibat. Nyatanya jumlah anak penerima beasiswa hanya 245 orang saja, cuma 0.01 persen dari jumlah peserta yang mengikuti Audisi.

Nah yang menjadikan Lentera Anak merasa tergugah adalah karena ingin melindungi hak hak anak dari hal hal yang merugikan. Salah satunya eksploitasi tubuh anak untuk mempromosikan suatu produk yang tidak ditujukan untuk anak. Produk ini berbahaya bagi anak dan masa depan anak anak Indonesia. Namun secara tidak langsung anak anak ini menjadi sarana mengiklankan produk ini secara gratis, Massif, dan berkelanjutan.

Produk yang aku maksud tentu saja Rokok. Saat kami orang dewasa yang tidak merokok saja merasa keberatan mengenakan kaos dengan brand rokok yang jelas jelasan tertera. Seharusnya tidak untuk anak anak.

Jadi masalahnya anak anak yang mengikuti Audisi Olahraga Dari Brand Rokok ini diwajibkan mengenakan kaos dengan merk Rokok tersebut. Merknya tertulis besar dan jelas dibagian dada, tidak boleh ditutup dengan apapun. Sehingga nomor peserta diletakkan dibelakang kaos.

Hal ini tidak sebatas membiasakan brand image produk Rokok kepada anak, tetapi juga memanfaatkan tubuh anak tetapi jugs sebagai media promosi brand Rokok. Perlakuan tersebut rupanya bertolak belakang dengan uu perlindungan anak loh. Tepatnya pasal 761 ” setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara Ekonomi atau seksual terhadap anak”.

Lebih lanjut psikolog Liza Japrie yang turut hadir menemani Ibu Lisda Sundari (Pendiri Yayasan Lentera Anak)  menjelaskan dampak buruk pembiasaan branding image produk Rokok kepada anak. ” Pikiran anak itu seperti sponge, dia akan menyerap apa yang sering dia lihat, akrab dengan lingkungannya”

Mbak Liza Japrie, Psikolog
Mbak Liza Japrie, Psikolog

Rokok bukan sesuatu yang baik. Sebagai anak dari orang tua perokok berat yang meninggal karena serangan jantung. Tahu efek buruk rokok terhadap kesehatan. Efeknya pun domino. Selain akan merusak kesehatan si perokok. Juga mengancam kesehatan orang orang disekitar perokok tersebut.

Rancu sekali kan, disatu sisi Rokok sangat berbahaya buat kesehatan. Di sisi lain menggalakkan olahraga. Nah hal hal ini dapat meracuni pemikiran anak. Anak anak yang terbiasa melihat logo produk Rokok di kaos audisi mereka. Akan beranggapan rokok adalah hal yang baik.  Dan suatu saat mereka remaja, serta ada pemicu ingatannya tentang Rokok. Mereka bisa saja mencobanya.

Aku yang ketika kecil melihat Rokok sebagai perenggut nyawa bapak. Aku tentu saja menganggap Rokok itu jahat dan memilih menjauhinya. Namun belum tentu sama untuk anak anak yang mengenang rokok dengan sesuatu yang baik.

So ada 2 permasalahan mendesak yang kulihat dalam diskusi kemarin itu. Yang pertama adalah Rokok sebagai sponsor utama Audisi olahraga. Kenapa sih nggak ada perusahaan lain saja yang jadi sponsor kegiatan ini? Air mineral kek, susu kek. Yang lebih cocok untuk kegiatan anak anak.

Yang kedua logo brand yang besar di kaos dengan interprestasi banyak orang. Logo itu sama dengan produk Rokok.

Yayasan Lentera Anak memang tengah memperjuangkan hal ini. Namun mereka tidak cukup. Masyarakat luas terlebih orang tua harus turut mengetahui tentang hal ini dan turut mendukung.  Semoga kegiatan yang bagus dan baik sebenarnya dimulai juga dari (produk) yang baik.

Anak anak itu kan masa depan Kita. Kita lah yang bertugas menjaga mereka. So Stop Eksploitasi anak dengan Iklan terselubung dalam Audisi olahraga.

Penandatangan petisi tolak Eksploitasi anak
Penandatangan petisi tolak Eksploitasi anak

1 Comment

  1. Andai bisa ya mba sponsornya diganti, hehehe. Soalnya aku tu juga gemes mba, jelas jelas rokok teh berbahaya teteup aja orang santai santai kayak permen aja si rokok itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published.