story_1542281206362Terus terang saja, pertama kali pindah ke Jakarta 8 tahun silam. Aku sampai kaget melihat kemacetan di Jakarta. Yup berdomisili di Jakarta memang bukanlah hal yang mudah. Sebagai IbuKota Negara Berkembang wajar sekali bila masih memiliki banyak problem dan akselerasi

Hal inilah terutama kemajuan teknologi yang mendorong setiap manusia yang kebetulan hidup, bekerja, tinggal di dalamnya terdorong untuk sibuk dan bergerak cepat.

Pertumbuhan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan pertambahan fasilitas jalan dan transportasi. Hal ini pula yang menimbulkan tuntutan mobilitas, disaat yang sama keluhan tentang betapa macetnya Ibu kota negara ini kita dengar setiap harinya. Di televisi, di koran, di berita online, di jalanan, hingga di pasar kita mendengar keluhan macet ini.

Aku dulu harus sudah siap setelah subuh untuk berangkat kerja, tepat pukul 05.30 pagi aku harus siap berangkat kerja. Telat sedikit saja, jalanan langsung macet parah. Dan akibatnya perjalanan pun jadi lebih panjang. Tapi tahukah kalian gaes, kapan sih keluhan tentang macet paling sering kita dengar? Kalau aku adalah saat membuat janji bertemu dengan teman di satu tempat. Yup. Macet selalu jadi kambing hitam saat terlambat dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya. Tapi itu juga ga salah salah banget kok. Memang kenyataannya Iya kan?.

Macet terus-menerus dapat menghambat produktivitas kita. Semisal kita punya jadwal ketemu jam 5 sore, ternyata macet dan kita sampai di tujuan jam stengah 6 sore. Dengan begini secara jelas 30 menit waktu yang seharusnya dapat menjadi output kerja akan tersita menjadi 30 menit menunggu keluar dari kemacetan yang melanda. Bagus kalau 30 menit diisi dengan dzikir, baca buku, main game atau hal hal yang bermanfaat. kalau enggak? ya malah mubazir aja kan waktunya.

Faktanya Kemacetan Jakarta bisa bikin perasaan kita memburuk. Macet yang terlalu lama bahkan menyebabkan seseorang lebih mudah emosi. kalau terjebak macet di jalan, dalam kondisi lapar, posisi di jalan tol dan pintu keluar masih jauh. Dijamin deh emosi bakal meluap lebih tinggi. Apalagi kalau tujuan yang kita rencanakan jadi tertunda, bew aku yakin pasti kita tambah emosi.

story_1542281134485

Tidak ada tubuh yang sehat tanpa jiwa yang sehat. Emosi yang tidak stabil akibat macet akan memperburuk kesehatan tubuh kita. karena mempengaruhi signal otak. Beberapa penyakit yang berpotensi kita rasakan karena emosi saat macet adalah sebagai berikut:

  • Sakit kepala biasanya muncul kalau lagi banyak pikiran, atau saat menahan amarah. Jangan heran jika tiba-tiba sakit kepala muncul saat emosi meluap. Otot-otot yang tegang dan juga perubahan bahan kimia di otak saat emosi meluap bisa menjadi pemicu sakit kepala.
  • Rasa cemas, karena khawatir terlambat, khawatir ditinggal teman, khawatir lainnya, serta cemas maupun gelisah adalah efek samping yang paling umum terjadi saat emosi tidak terkontrol. Tingginya kadar kortisol dalam tubuh saat emosi seperti itu membuat kita mudah cemas.
  • Masalah pencernaan seperti maagh bisa muncul karena meningkatnya asam lambung. Efek dari emosi terus-menerus ternyata sampai menganggu sistem pencernaan. Mengapa? Hal ini disebabkan, karena sistem tubuh akan berhenti seketika saat sedang marah.
  • Tekanan darah tinggi. Saat emosi meluap-luap, tubuh menjadi tegang, sehingga bisa memicu tekanan darah tinggi. Dampak tekanan darah tinggi bisa berujung pada penyakit stroke.
  • Depresi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang sering memburuk emosinya, dalam jangka panjang akan berisiko mengalami depresi. Untuk itu, kelolalah emosi dengan baik.
  • Serangan jantung. Serangan jantung kerap terjadi ketika seseorang terlalu tinggi emosinya. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The European Heart Journal Acute Cardiovascular Care, orang yang emosian secara intens akan meningkatkan risiko sampai 8,5 kali terkena serangan jantung.

Seram ya? tentu saja, karena hal tersebut semuanya berbahaya. Karena inilah yang kemudian menyebabkan pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mengurangi kemacetan. Mulai dari pembenahan transportasi umum hingga rekayasa lalu-lintas. Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) Kementerian Perhubungan, pernah mengatakan bahwa jika lalu-lintas dapat berjalan dengan lancar, maka masyarakat kita akan tumbuh lebih baik, macet berkurang, dan lingkungan lebih sehat. Hal ini terbukti saat rekayasa ganjil-genap seharian diberlakukan, data dari BPTJ menunjukkan bahwa polutan berkurang, dan jalanan lebih lancar. Alhamdulillah memang terasa lebih nyaman sekarang.

story_1542281332483

Tetapi ini bukan cuma tugas Pemerintah saja. Jika pemerintah saja yang berusaha, tingkat keberhasilannya masih kurang. Masyarakat harus ikut serta mendukung pemerintah. Kita sebagai pengguna transportasi juga perlu melakukan hal yang dapat membantu mengurangi kemacetan.

Hal termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan beralih moda transportasi. Dari menggunakan transportasi pribadi menjadi kendaraan umum. Tentu ini akan terasa sulit awalnya, apalagi sudah terlanjur nyaman naik kendaraan pribadi. Tapi bukankah perubahan untuk hal yang baik itu memang tidak pernah mudah? Kayak anak Bayi yang belajar jalan, pasti jatuh bangun dulu kan ya?

story_1542281528079

Intinya kita perlu hal baru. Kita lah yang perlu berubah. Kita lah yang perlu berbuat sesuatu. Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang memberikan cerminan bahwa Indonesia adalah Negara yang rapi, bukan Negara yang semraut.

Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai tempat yang menyenangkan untuk tinggal, bukan menjadi tempat yang membuat kita tua di jalan. Setuju kan? Ya udah, kalau setuju kita pindah moda transportasi bareng-bareng yuk. Tapi cukup moda transportasinya yang berubah, hati kamu jangan. Ayuk Naik Bus. Jangan kalah sama Tayo!

4 Comments

  1. Dulu aku penikmat transportasi umum karena belum dibelikan motor. Meskipun lebih aman dan banyak pengalaman, aku lebih sering capek karena harus ekstra tenaga, setelah turun bus aku harus nunggu jemputan dari rumah. Kalo inget masa-masa itu jadi sedih sendiri. Hiiiks

  2. wuah, aku gak sanggup naik bus kota.
    Tapi di Jember dan Lumajang ini kotanya kan kecil, jadi gak perlu naik bis sih. Juga gak ada macet. Kalaupun ada macet ya sebentar doang, gak sampai 5 menit.

    Tapi kalau aku tinggal di kota besar, hmm besar kemungkinan aku akan naik bis. Bis di sana udah keren-keren dan nyaman-nyaman toh? Ya makanya aku bersedia naik bis kota kalau bisnya aman dan bagus, hohooo

  3. Beruntungnya diriku yang tinggal di pedalaman ya kak Fika, ga pernah merasakan yang namanya macet. Eh ada sih sekali2, itu pun kalau jalanan dipakai warga untuk hajatan.

  4. Emang sih…naik bus salah satu mengurai kemacetan…, Tapi kebanyakan. Ogah naik bus karena berjejal panas..apalagi hari kerja…, Kondisi Indonesia belum bisa bikin khusus angkutan alur sekolah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.