Sudah sewajarnya dalam islam ibu disebut madrasahtul ummah. Karena anak anak yang cemerlang baik pikiran dan kesehatannya lahir dari asuhan ibu ibu yang cerdas. Cerdas disini tidak musti pintar secara akademi, jago matematika. Namun seorang ibu yang mengerti dan paham apa saja yang dibutuhkan oleh anak mereka. Terutama gizi untuk perkembangan 1000 Hari Pertama kehidupan. Yang nantinya akan mempengaruhi banyak hal terutama kecerdasan otak dan perkembangan organ tubuh di saat mereka dewasa. Nah Hari Rabu 19 sept 2017 yang lalu, saya dan beberapa teman blogger cihuy mendapat kesempatan mengikuti diskusi yang diadakan oleh komunitas Kebaya Buku dan Kopi untuk mengikuti diskusi menarik mengenai Mari Menjadi Ibu Melek Nutrisi demi Mewujudkan Generasi Emas 2045″.
Diskusi ini diisi oleh pakar yang kompeten dibidangnya masing masing, diantaranya sebagai berikut :
- Dr.Ir. Dwi Hastuti, MSC, selaku kepala Divisi perkembangan anak, Departemen IKK, FEMA< IPB dan pengelola Labschool pendidikan karakter IPB.
- Prof. DR.Ir. Dodik Briawan, selaku penelitian di pusat pengembangan ilmu pengetahuan teknologi pangan dan pertanian Asia Tenggara dan Nutritionist.
- Natalya kusumawati, selaku peneliti dalam penganalisa label dari Yayasan Lembaga konsumen Indonesia (YLKI).
- Kristin Samah, Sebagai moderator dari komunitas kopi kebaya dan Buku (KKB).
IBU CERDAS ANAK BERKUALITAS
Ibu adalah agent of change bagi anak anaknya, karena anak anak ibarat kertas polos. Maka kita para ibu wajib memberikan kesempatan untuk melihat yang baik, wajib memberikan kesempatan anak anak mempunyai pemikiran dan pengetahuan yang baik, salah satunya tentang makanan sehat. Ujar ibu Dwi Astuti saat memaparkan materinya.
Beberapa Hal yang menjadi sorotan saat ini adalah kebiasaan makan anak anak. Anak anak sekarang cenderung lebih picky eater dibanding anak anak di masa dahulu. Mereka memilih makanan yang lebih terasa gurih, cenderung goreng gorengan dan menyingkirkan sayur. Juga gemar sekali mengkonsumsi snack dengan kadar tinggi gula serta penggunaan minuman susu dan instant yang tidak tepat guna. Salah satunya keponakan saya yang hanya mau makan dengan ayam goreng tepung, tidak suka sayur dan kalau tidak makan maunya hanya minum susu uht saja. Sehari harian kuat hanya dengan minum susu uht.
Menurut ibu Dwi anak berperilaku karena melihat dan mengamati. Apa yang mereka saksikan itulah yang menjadi Role Model mereka. Apalagi untuk anak anak di era sosial media saat ini, mereka tidak hanya belajar dari orang tua, tapi anak juga belajar dari komunitas, dan dari dunia yang mereka lihat melalui peralatan digital.
Mengenai perilaku makan, ada beberapa tips yang diberikan oleh ibu Dwi Astuti. Dan hal ini perlu dilakukan diterapkan ke anak anak dari sejak usia dini 0-7 tahun. Diantaranya sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan kenapa anak perlu makan, boleh disertai contoh dampak yang terjadi pada tubuh kalau makan terlalu banyak dan terlalu sedikit. Tentu saja sesuaikan atau gunakan dengan bahasa mereka.
2. Ajari tentang nilai nilai makanan, mana makanan yang baik untuk tubuh mana yang tidak
3. Berikan pujian bila mereka menghabiskan makanan, dan berikan hukuman bila mereka tidak menghabiskan makanan
4. Setelah anak berusia 1 tahun ajak makan bersama, dan berikan mereka contoh bahwa ayah ibunya pun makan makanan yang sehat.
Jadi bunda, kalau ada anak yang tidak suka makan sayur, mungkin kita para bunda bisa instropeksi diri. Siapa tahu kita tidak pernah mencontohkan makan makanan beragam warna, lengkap dengan sayur dan buah. Mungkin kita senang mengajak anak anak ke junkfood restaurant karena ada nilai gengsinya, sehingga anak anak terlanjur mencicipi rasa gurih yang menyenangkan, sehingga ketika dibandingkan dengan masakan ibunya sendiri. Rasa makanan junkfood lebih menarik. Peringatan ini juga termasuk untuk nenek, kakek, tante dan om serta pengasuh yang berada di lingkungan si kecil. Mari dukung anak anak kita makan makanan yang sehat. Apa sih pengaruh makan makanan yang sehat dengan save generasi emas 2045? Selanjutnya materi dari Prof Dodik akan menjelaskan kaitan antara keduanya.
artikel yg sgt menohok, krn aku pribadi pencinta makanan gurih–terutama snack micin dan serba gorengan. hehe. dan gak mungkin anak2 steril dr makanan favorit emaknya, otomatis mereka jg doyan. tapi aku selalu kelola porsi makanan “dosa” kayak gitu dan imbangi dgn nutrisi lainnya. makasih artikelnya yaaaa
Yup… Jangan menyuruh anak suka sama sayuran kalau kita sebagai ibunya saja belum bisa doyan sayur… 🙂
Anak ibarat cermin ya mbak… Sifat dan tingkahnya tidak akan jauh jauh dari kita… Hihihi..
Makanya aku selalu berusaha mencontohkan yang baik baik sama anak…
orang tua terutama ibu harus ngerti yang terbaik buat keluarga. Ga cuma memberi tahu buah dan sayur itu menyehatkan tetapi juga memberi contoh dengan makan bersama.
Totally agree bun, anak meniru apa yg biasa ia lihat. Harus mulai menerapkan makan bersama nih.
Iya nih anakku juga akhir2 ini, jadi males makan sayur. Tapi dibujuk2 akhirnya mau sih.
Orang jaman dulu atuau yang tinggal di pedesaan banyak yang panjang umur karena mereka jarang tersentuh junk food . Beda dengan diperkotaan dikit-dikit sakit, dan sakitnya macem macem ya. Memang sebagai ibu kita harus melek nutrisi.
Anak-anakku Alhamdulillah sedang gemar makan sayur bening bayam. Sepanjang ini kalau makanan dihabiskan ya Alhamdulillah, tapi jarang kasih hukuman, paling dibilangin, berarti main di luarnya sebentar karena makannya dikit, hehehe