Sambil duduk di bangku Taman, di bawah beringin besar yang rindang Arini bersandar tenang. Angin Pagi berhembus lembut. Membelainya mesra seakan berkata, musim kemarau kan berganti. Begitupun bunga bunga berwarna warni menyapanya hari ini. Dan kicauan burung menyanyikan sebuah lagu kehidupan yang indah untuk arini. Tiap hari ia kesini, kerjanya hanya duduk sembari memandang ke seantero taman yang luas dan penuh pengunjung. Puluhan laki laki setengah baya, berhamburan di sekeliling kolam di tengah taman. Lengkap dengan alat pancing panjang, yang ditusuki cacing cacing gemuk di ujung kail yang tajam. Belum lagi puluhan bahkan ratusan ikan yang berlompatan riang, seolah memasrahkan diri untuk dikail para pemancing. Di sudut kanan taman, sebuah spanduk besar berwarna oranye terang mencolok para pendatang. Lomba Pancing tingkat Nasional, Arini mengeja dalam hati, huruf demi huruf seakan baru belajar membaca.
Beberapa detik kemudian, pandangannya beralih ke Angsa Angsa lokal, yang asyik mengejar dan dikejar anak anak kecil usia sekolah dasar. Arini hanya bisa menahan gelak tawanya, ia tak punya cukup nyali untuk bergabung bersama kawanan angsa dan kumpulan bocah usil yang sedang bermain.
Mereka lincah, baik angsa maupun bocah, berlari lepas sempurna. Sesekali Arini menahan napas, tatkala kerikil kerikil kecil berterbangan di udara, dari tangan para bocah ke arah kawanan angsa. “Jangan…jangan dilempari” Teriakannya hanya sampai ke kerongkongan. Ia tak sanggup berteriak, bukan karena tak peduli. Tapi memang suaranya tak akan didengar.
Sirkus angsa, ternyata hanya bertahan 10 menit. Pertunjukan bubar setelah seorang penjaga taman, menghalau bocah yang menurutnya amat nakal. Hum…Sekarang tak ada lagi tontonan yang menarik. Ia meniup ujung jilbabnya, berharap seseorang yang ditunggunya segera datang.
Harum Manis Harum manis, teriakan penjual harum manis, yang muncul dari jalan setapak di sebelah kanan kolam. Membuyarkan penantiannya. Mata bulat Arini bereaksi. Gantungan bungkusan gula kapas berwarna merah di sisi atas gerobak sungguh menggiurkan. Pasti rasanya lembut dan dingin, slurrp.. Arini berangan angan memasukkan kapas kapas manis itu kedalam lidahnya sembari memainkan ujung jilbabnya. berharap seseorang datang dan membelikannya bungkusan merah.
Sayangnya, hingga gerobak harum manis menghilang dari pandangan mata, tetap tak ada seseorangpun yang membelikannya harum manis. Hatinya berkhianat ingin kecewa, lama sekali dia datang. Arini rindu, baginya kapas manis tak lebih penting dari seseorang yang sedang ditunggunya
Kali ini ia hanya memandang langit, putihnya awan berimajinatif di benaknya, ada harum manis, ada angsa, ada ikan, bapak penjaga taman, dan bocah bocah nakal. Lucu.. ia terkikik geli tanpa suara. Ketawa gelinya tak kan berhenti seandainya seeorang wanita dewasa berjilbab lebar biru muda tak menyentuh pundaknya.
Arini, maafkan bunda ya, cukup lama meninggalkanmu disini? Mainnya sudah kan nak?. permintaan maaf sang bunda, membesarkan hatinya. Ah bunda memandang wajahmu tiap hari lebih menyenangkan dari sekedar bermain main di taman. Maka Arini menganggukkan kepalanya tanda ia memaafkan. Wanita yang dipanggil bunda mengangkat tubuh arini ke sebuah kursi roda yang dari tadi berada disamping bangku taman sembari berterima kasih pada bapak penjaga taman yang mau mengawasi arini sepeninggalnya. Lalu membenahi pakaian dan jilbab bocah kecil berusia 10 tahun itu. kemudian berbisik dengan lembut di telinganya " Arini sayang, kita pulang dulu, besok kita main lagi ya" . Arini menjawab dengan Anggukan. Ia tak mampu bergerak dan berkata. namun hatinya selalu mengerti, Bunda dan Abinya amat sayang padanya. Walaupun ia tak bisa apa apa. Ia tak pernah merasa harus di istimewakan dengan segala kekurangannya. Bundanya mengajarkan, Allah penciptanya mempunyai banyak alasan, mengapa arini tidak bisa bermain dan berteriak seperti anak lainnya, kecelakaan 4 tahun lalu membuatnya lumpuh dan bisu. Tapi Arini tak lagi bersedih karena Bundanya bilang, bahwa Allah mempercayai dan menitipkan kepada Arini kesabaran dan kesyukuran yang amat besar. Bundanya pun berkata " Arini, suatu hari Allah pasti akan membawamu ke sebuah taman yang paling indah, namanya surga… dan taman itu berjuta kali lebih indah dari taman yang Arini kunjungi setiap harinya. Karena itu Arini tidak perlu merasa harus bersedih. Apalagi ia punya Bunda dan Abi yang amat baik hati.
Kini, matanya berkeliling ke seantero taman, mengerling pada kumpulan angsa, tersenyum pada ikan ikan yang sedang berlomba untuk dipancing, dan melambaikan tanda perpisahan pada bapak penjaga taman melalui cengiran lucunya. Dan berucap lewat hatinya. Tamanku dan teman temanku.. Arini pulang dulu ya
note : Cerpen yang aku tulis dulu sewaktu masih jadi member myquran, ini belajar dari sebuah thread deskripsi…sengaja tidak diedit lagi, sebagai kenang kenangan.