
Pasti tidak menyangka kalau alergi itu semacam penyakit, dan bisa membahayakan! bahkan banyak yang belum tahu kalau dirinya menderita alergi, atau hanya tahu alergi itu sekedar merah dan gatal gatal akibat salah makan. Ya, banyak masyarakat (termasuk aku) yang belum mengetahui alergi yang dideritanya, hal ini disebabkan kekurang-pahaman tentang apa itu alergi, gejala, penyebab? dan banyak pula yang belum pernah melakukan tes secara klinis terhadap gejala alergi yang muncul. Tidak sedikit pula, yang hanya tahu alergi disebabkan oleh makanan. Padahal alergen itu banyak sekali jenisnya, namun pencetus alergi paling banyak memang berasal dari makanan. Seperti pepatah romawi kuno yang mengatakan bahwa apa yang menjadi makanan seseorang bisa juga menjadi racun yang berbahaya bagi orang lainnya. Aku saja baru tahu loh bahwa alergi itu ternyata jenis penyakit, dan dapat menjadi ancaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak kita, terlebih di dua tahun pertama. Info tersebut aku dapatkan setelah mengikuti edukasi yang dikemas dalam acara yang santai dan informatif melalui Nutritalk “Early Life Nutrition“bersama para Ahli,nya hari kamis lalu, 24 maret 2016, bertempat di Double Tree Hotel Cikini Jakarta. Diskusi ini rupanya rutin diadakan oleh Sari Husada, dengan tema berbeda dan menghadirkan ahli di bidangnya. Nutritalk kemarin dipandu kakak cantik bernama dr Lula Kamal yang membawakan acara dengan sangat apik, nutritalk kali ini menghadirkan Prof. DR. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), Mkes – Konsultan Alergi Imunologi Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dan DR. Dr. Rini Sekartini, SpA(K) Konsultan Tumbuh Kembang Anak RSCM Jakarta. Nutritalk ini mengambil tema ‘Early Life Nutrition : Dasar dasar dan pedoman praktis optimalisasi tumbuh kembang anak dengan alergi protein susu sapi, yang membahas pentingnya menyadari faktor risiko alergi pada anak, mengenali gejala gejala tumbuh kembang anak dengan alergi susu sapi.

Beruntunglah aku yang selalu kepo dan follow postingan twitter Nutrisi Anak Bangsa, sehingga informasi acara ini dapat aku ketahui. Selain itu suamiku juga mendapatkan undangan acara sebagai blogger. Perfect, aku pun memutuskan datang ke acara ini. Aku pikir acaranya akan membosankan mengingat temanya tentang kesehatan, ternyata aku salah. Acara nutritalk ini dikemas dengan sangat baik, penyampaian materi yang oke oleh para pembicara yang pintar mencairkan suasana, materi yang mudah dipahami, tanya jawab yang menyenangkan karena dimoderasi dengan sangat baik oleh kakak Lula kamal. Plus ada dua booth seru yang bisa dikunjungi undangan yang hadir, sekaligus bisa bertanya sepuasnya sesuai tema di booth tersebut. Booth pertama adalah booth 1000 hari awal kehidupan, booth berikutnya adalah booth Alergi Care. Di Booth pertama, kita diajak mengetahui betapa pentingnya nutrisi di awal kehidupan (selama 9 bulan dalam kandungan hingga berusia 2 tahun) dengan menganalogikan kehidupan lebah, kita jadi mengerti apa yang terjadi bila nutrisi penting tidak terpenuhi di rentang waktu tersebut. Oh NO, anak anak kita bisa gagal tumbuh!. Di booth ini, juga ada gamesnya loh. Gamesnya menjawab pertanyaan seputar nutrisi 1000 hari awal kehidupan. Aku menjawab dengan benar pertanyaannya, maklum aku kan emak emak pintar dan rajin menyimak penjelasan mas penjaga booth. Karena aku bisa menjawab dengan benar langsung dapat stamp, buat ditukar dengan souvenir. Eh tapi belum selesai, butuh stamp satu lagi dari booth alergi care. Di booth ini pun ada gamesnya, yakni menghitung resiko bakat alergi berdasarkan riwayat alergi keluarga dan mengenali gejala dan tanda tanda alergi. Nah sekarang yuk disimak materi yang disampaikan oleh pengisi nutritalk kali ini.
Apa sih alergi itu? Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam berekasi secara imunologi terhadap bahan bahan yang umumnya imunogenik atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan tersebut disebut alergen. Alergen bisa bermacam-macam, mulai dari bulu binatang, debu, sampai makanan tertentu seperti telur dan kacang-kacangan. Berikut ini adalah beberapa jenis alergi yang cukup umum terjadi di sekitar kita, Alergi makanan termasuk susu sapi, alergi obat, alergi sengatan serangga, alergi bulu binatang, alergi zat kimia tertentu, alergi lateks dan alergi musiman (udara dingin dan serbuk sari).

Alergen penting yang banyak dilaporkan pada tahun pertama kehidupan antara lain, susu sapi, telur, kacang kacangan, makanan laut terutama udang dan kerang, gandum dan ikan. Ketika anak memiliki resiko alergi atau menjadi atopik, maka seringkali mengalami pembatasan bahan makanan yang bisa dikonsumsi, sehingga terjadilah ketidak -seimbangan nutrisi yang masuk kedalam tubuh anak. Hal ini lah yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak anak bahkan bisa tumbuh sebagai anak “Picky Eater”, berisiko gizi buruk, berat badan kurang, pertumbuhan lambat. Selain itu alergi juga dapat terjadi sejak bayi, terutama pada bayi yang tidak mendapatkan ASI. Bayi yang belum bisa mencerna makanan padat dan tidak mendapatkan ASI, sangat beresiko mengalami pertumbuhan yang terhambat, apalagi bila bayi tersebut mengalami risiko alergi protein susu sapi dimana 1 dari 12 anak di dunia memiliki risiko alergi protein sapi*, dan risiko alergi anak akan semakin tinggi apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga. Anak berisiko lebih besar terkena alergi jika memilki riwayat keluarga alergi karena alergi bisa diturunkan secara genetik dari ibu, ayah, kakek, nenek, dan anggota keluarga lainnya meski alergi yang diderita dalam keluarga besar tersebut bisa saja berbeda-beda.
Lantas apakah alergi bisa disembuhkan? perkataan ‘sembuh’ dari alergi tidak terlalu tepat karena gejala alergi sebagian besar disebabkan oleh atopi atau bakat alergi. Sehingga sebagian reaksi alergi akan menetap seumur hidup anak. Namun dalam beberapa kasus anak yang alergi makan tertentu pada masa bayinya memungkinkan tidak lagi alergi terhadap makanan tersebut saat anak dewasa. Oleh karenanya, jika orang tua adalah atopi / menderita alergi, sebaiknya anak dibawa ke dokter anak untuk dilakukan tes alergi. Penting bagi para orangtua untuk mengetahui apa-apa saja alergen yang dapat membuat anak alergi agar dapat menghindarinya. Selain itu, orangtua juga dapat mengantisipasi tindakan apa saja yang perlu dilakukan setiap anak mengalami gejala alergi, baik ringan maupun berat.
Ada cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengetes berapa persentase kemungkinan resiko alergi yang dapat diturunkan dari riwayat alergi orang tua dan saudara orang tua. Caranya bisa dilihat dalam gambar di bawah ini :
Ayo mulai dihitung, berapa hasil prosentase anak anak kita, check hasilnya disini ya. Dari hasil tersebut, akan didapatkan prosentase sebagai berikut :
- 40%-60% jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi.
- 20%-30% ji ka salah satu orang tua memiliki riwayat alergi.
- 60%-80% jika kedua orang tua memiliki manifestasi sama.
- 25%-30% jika saudara memiliki riwayat alergi.
- 5%-15% jika orang tua tidak memiliki riwayat alergi
Anak anakku berpotensi 20-30 persen akan mengidap alergi. Wah untung sudah tahu dari sekarang. Jadi sebagai orang tua, sudah bisa melakukan ancang acang pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati, banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk mencegah risiko alergi yang mungkin terjadi pada anak kita. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), MKes, ” Sebesar apapun resiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tidak menghambat tumbuh kembang anak’. Khusus untuk anak anak dengan risiko tinggi alergi karena riwayat orang tua, diperlukan pengawasan yang lebih intens untuk memastikan tumbuh kembang anak yang optimal, pengawasan tersebut termasuk memantau dan mengenali gejala klinis alergi, mengenali alergen pemicu, serta melakukan intervensi nutrisi berupa memantau asupan nutrisi dan mengganti asupan nutrisi dengan nutrisi yang lebih mudah dicerna dan well tolerated.
Tindakan pencegahan alergi pada anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai bakat alergi dapat dimulai sejak masa kehamilan. Ibu hamil yang memiliki riwayat alergi dalam keluarganya tidak perlu diet pantangan terhadap makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi kekurangan gizi dalam kandungan. Yang penting adalah menghindari asap rokok, karena rokok bisa menjadi salah satu alergen. Hal penting lainnya yang dapat dilakukan adalah mengusahakan melahirkan dengan kelahiran normal, anak yang orang tuanya mengidap alergi akan semakin berisiko tinggi bila dilahirkan melalui proses caesar, karena bisa terjadi gangguan flora normal dari jumlah dan kualitas atau bisa disebut juga lingkungan mikrobiotik yang rendah. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya alergi di kemudian hari, karena asi merupakan makanan bergizi dengan nilai alergen terendah. Pemberian asi oleh ibu menyusui harus kontinyu sekurang kurangnya 6 bulan sampai bayi berusia satu hingga dua tahun.
Bagaimana dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI namun alergi terhadap susu sapi?. Anak anak dengan risiko alergi susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protesin susu dengan mekanisme kekebalan tubuh. DR Dr. Rini Sekartini memaparkan bahwa ” Dibutuhkan interbensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak risiko alergi susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial”.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisis parsial sebagai langkah praktis intervensi nutrisi bagi anak alergi protein susu sapi, Protein terhidrolisis parsial adalah sebuah hasil teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak. Pemberian susu dengan protein terhidrolisis parsial juga dapat diberikan untuk anak yang sudah terpajan alergen yang bertujuan agar reaksi alergi tidak berulang, tidak bertambah berat, dan tidak terbawa sampai dewasa.” Susu formula soya adalah salah satu susu formula pengganti bagi bayi dan anak yang mengalami alergi susu sapi. Susu formula soya juga bebas laktosa yang aman dipakai oleh bayi dan anak yang memerlukan diet bebas laktosa.

10 poin penting yang wajib kita perhatikan dari pemaparan nutritalk kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
- Nutrisi di 1000 hari awal kehidupan dimulai dalam kandungan hingga berusia 2 tahun sangat berperan penting terhadap tumbuh kembang anak.
- Kenali dan cegah sejak dini alergi pada anak dengan skin prick test, hal ini penting agar kita dapat menghindari pemicu alergi.
- Memanfaatkan kartu deteksi dini risiko alergi UKK Alergi Imunologi yang diterbitkan oleh IDAI, untuk mengetes persentase risiko alergi berdasarkan riwayat alergi keluarga
- Sejak masa kehamilan ibu hamil yang memiliki riwayat alergi dalam keluarganya tidak perlu diet pantangan terhadap makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi kekurangan gizi dalam kandungan.
- Mengusahakan kelahiran secara normal, dapat mengurangi risiko alergi pada anak.
- Bila memiliki anak dengan risiko alergi yang cukup tinggi, segeralah melakukan tes alergi secara medis, untuk mengetahui jenis alergi dan penanganan terhadap alergi tersebut
- Memberi asupan asi ekslusif minimal 6 bulan, dan makanan bernutrisi melalui ibu hamil atau makanan bernutrisi pendamping asi setelah berusia diatas 6 bulan. Hindari pemberian makanan padat pendamping asi yang terlalu cepat maupun lambat, karena menimbulkan resiko yang buruk.
- Pemberian vaksin pada anak memberikan pengaruh positif dalam mencegah timbulnya alergi
- Untuk anak yang tidak mendapatkan asi dan mengalami alergi susu sapi, bisa mengkonsumsi susu formula soya, yakni susu dengan protein terhidrolisat parsial yang mudah dicerna oleh anak dengan alergi susu sapi
- Senantiasa memenuhi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak, baik berupa kasih sayang, fisik biologis dan stimulasi.
Bagaimana? menarik bukan tema nutritalk kali ini, semoga kita selaku orang tua mampu mengambil manfaat dan mempraktekan pembahasan materi di atas. Dan paham langkah pencegahan dini alergi pada anak sehingga penyerapan nutrisi mereka di 1000 hari awal kehidupan menjadi optimal.Supaya anak anak kita menjadi manusia manusia unggulan yang terstimulasi dengan baik, dan menjadi pemuda pemudi impian bangsa. Terima kasih sudah menyimak, sampai bertemu di postingan berikutnya.. Bila ada yang ingin ditambahkan? koreksi, atau diskusi, tak usah segan untuk meninggalkan komentar, insyaAllah segera ditanggapi. Sekian bahasan tentang #AlergiProteinSusuSapi
info bagus dari istriku… good job! menambah wawasan mengenai alergi 🙂
alhamdulillah, semoga nanti ada kesempatan lainnya Untuk ikut acara sejenis ya bang
Bermanfaat banget, masih mbk
alhamdulillah.. makasih mb naqi..
Keren fika reviewnya jadi tambah ilmu lagi nih aku ttg alergi susu sapi itu seperti apa..lanjutkan…
iya aku juga baru tau mb, kirain alergi mah cuma alergi udang doanh
Nah itu dia bikin tambah wawasan nih setelah baca review mu
Semangatttt fikaaa…..
Dengan adanya info ini membuat saya tau lebih jauh tentang apa itu Alergi
alhamdulillah echizhou… welcome to my blog 🙂