Aku sudah menikah selama 9 tahun. Dan di tahun ke 7 kemarin sempat merasakan hamil walau akhirnya harus Berderai air mata karena keguguran. Kegugurannya pun pas hari lahirku 17 agustus 2017.
Tapi walaupun sedih dokter bilang harusnya aku mengambil hikmahnya. Karena kehamilanku Kali itu beresiko. Tekanan darahku selalu saja tinggi 140/100.
Dulu memang aku kelelahan saat merawat ibuku. Kebetulan adikku no 2 baru saja melahirkan. Adekku no 3 ada bekerja di lepas pantai di Sulawesi. Adekku no 4 karena bekerja kasar. Tidak bisa sering sering mengambil cuti. Dan si Bungsu lagi sidang skripsi.
Jadilah aku yang notabene belum punya anak, dan tidak bekerja lagi. Yang menjaga ibu selama 3 bulan nonstop di Rumah Sakit. Kebiasaan tidur jadi tidak teratur. Selalu begadang Karena ibu terjaga di malam hari. Dan makan sembarangan ( yang penting ketemu makanan, karena berhemat juga).
Alhasil sejak itulah daya tahan tubuh menurun. Dan jadi sempat terkena hipertensi (sekarang udah enggak lagi)
Alhasil dokter kandunganku bilang. Aku beresiko Pra Eklampsia. Nah lantas aku teringat temanku ummi di Palembang. Yang meninggal dunia karena pra Eksklampsi juga. Aduh entahlah aku bingung antara sedih dan bersyukur saat itu
Makanya pas kemarin aku ikut Bicara Gizi dari Danone. Aku langsung happy apalagi pas tahu salah satu Narasumbernya adalah dokter Ali. Karena Pertama kali bertemu beliau ya saat hamil dulu di 2017. Dan insyaallah di 2020 Saya dan suami juga akan berusaha punya Anak kembali dengan mengikuti bayi tabung. Doakan ya pembaca blog hellofika.
Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Arif Mujahidin. Wah ternyata Pak Arif sempat kuliah di kedokteran loh. Pak Arif menceritakan pengalamannya dulu menjadi Ayah untuk pertama kalinya. Rupanya Pak Arif adalah type Ayah siaga yang aktif memberi dukungan ke istri tercinta.
Apalagi Istri beliau saat kehamilan ke 3, Anak yang dilahirkan meninggal Setelah 12 hari. Diduga mengalami Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn (PPHN) atau hipertensi pulmonal persisten berat bayi yang baru lahir.

Pembicara di acara ini adalah seorang dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Dr. dr Ali Sungkar SpOG(K). Juga ada seorang Psikolog yang biasa menangani tiga generasi yakni ibu Putu Andani MPSi.
Dengan mengambil tema “Menghadapi Kehamilan Resiko Tinggi”. Ternyata aku baru tahu bahwa masalah ini sangat berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi kedepannya. Bahkan mengancam kematian. Seperti kisah temanku dulu.
Apa Sih Kehamilan Resiko Tinggi itu?
Kehamilan beresiko tinggi adalah kehamilan dengan potensi komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi ibu, bayi atau keduanya.
Penyebabnya sangat beragam. Mulai dari faktor usia (hamil di usia terlalu muda dan hamil di usia tua) hamil dengan penyakit penyerta. Seperti paru paru, asma, diabeter, hipertensi, auto imun dll)
Hamil dengan kondisi penyulit seperti pre eklampsia, eklampsia, GDM, IVF, Miom, kelainan letak plasenta, infeksi, ancaman persalinan pretern dll.
Kemudian ada riwayat operaso terdahulu, Operasi Ginekolog, Operasi Jantung, dll.
Hal ini sangat tidak boleh disepelehkan karena angka kematian Ibu hamil jauh lebih besar dibanding negara disekitar Indonesia. Penyebab terbesar kematian ibu hamil di tahun 2014 adalah pendarahan dan hipertensi. Lantas apa yang harus kita lakukan agar terhindar dan mengurangi resiko kehamilan dengan kondisi ini.
Ibu Hamil wajib lakukan hal berikut ini.
Untuk mengurangi faktor resiko kondisi kehamilan yang membahayakan ibu serta bayi. Setidaknya kita dapat melakukan hal hal berikut :
1. Rajin Konsultasi ke Dokter
Ibu hamil harus rajin konsultasi dan memeriksakan kesehatan dirinya dan kandungan ke dokter kandungan. Bisa di puskesmas, maupun rumah sakit.
Wajib mengikuti saran dari nakes terkait asupan nutrisi maupun asupan tambauan yang disarankan. contoh pil penambah darah. mengingat banyak ibu hamil di Indonesia mengalami anemia
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Hal ini harus dilakukan agar kebutuhan zat gizi baik mikro dan makro terpenuhi. Mengingat tumbuh kembang optimal anak dimulai sejak 270 hari dalam kandungan.
Zat zat penting tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin dan mineral. Namun bukan berarti ibu hamil bebas makan sebanyak banyaknya. Karena kebutuhan kalori ibu hamil hanya bertambah sedikit. Jadi tidak juga harus makan terlalu banyak.
Memilih makanan dengan bijak termasuk didalamnya adalah penggunaan gula dan garam. Hindari makanan dengan kadar gula tinggi. Agar terhindar dari diabetes masa kehamilan. juga hindari garam dalam jumlah tinggi, agar terhindar dari pra eklampsia.
3. Support dan dukungan dari Lingkungan terdekat
Nah untuk langkah ketiga ini, pas banget mateti dari Psikolog yang bernama ibu Putu Andani MPSi. Apalagi ibu Putu sering melayani klien lintas generasi.

Sering ya kita mendengar bahwa banyak ibu hamil yang mengalami depresi dan gangguan emosi. Hal ini wajar banget karena terjadi perubahan besar di tubuhnya karena hamil. Badan jadi cepat lelah, sakit pinggang, mual dll.
Keluarga terdekat apalagi suami merupakan bentuk support sistem yang harusnya bisa diandalkan oleh ibu hamil. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Putu ” dalam kondisi hamil normal saja, ibu sudah dihadapkan dengan berbagai tantangan dan perubahan psikologi, seperti tingkat stress yang lebih tinggi. Apalagi ibu dengan kondisi kehamilan beresiko tinggi”