Mungkin aku adalah sedikit dari beberapa orang yang merantau ke Jakarta tapi merasa senang. Gimana tidak, di Jakarta aku tuh jadi sering ikut event event keren yang memang jarang diadakan di Kota asalku.

Mungkin di kotaku dulu juga ada, tapi kegiatannya tidak sebanyak di Jakarta. Nah salah satunya adalah Gramedia Writers and Readers Forum.
Kata temanku GWRF ini sudah beberapa kali diadakan. Namun memang untukku pribadi aku baru ikut Pertama kalinya. Excited ya tentu saja, karena begitu melihat aneka event yang akan berlangsung selama 3 Hari itu. Aku dibuat pusing memilih mana saja yang akan aku pilih.
GWRF 2019 memang menjadi wadah bertemu, berinteraksi, diskusi Dan sharring antara penulis, serta pembaca. Acara ini berlangsung di gedung Perpusnas Nasional RI di jalan Medan Merdeka dekat dengan balai kota Jakarta.
Ada sekitar 45 penulis buku Dan pemateri professional yang berbagi pengalaman serta informasi tentang dunia literasi selama 3 Hari tersebut.
Selain Talkshow dan workshop, GWRF 2019 menghadirkan editor clinic, review film, book Bazaar mulai harga 10rb loh, music performance Dan awarding gramedia short film festival
Tapi Tentu saja aku tidak bisa ikut semuanya. Karena kelasnya pararel jadi aku harus memilih Mana yang Paling menarik minatku
Di Hari Pertama aku memilih Talkshow dengan 3 penulis novel muda dan berbakat. “show yo,ur Creation with social media” bersama Poppi Pertiwi, Luluk HF Dan Assabel Audida.

Aku memilih tema ini tentu saja ada alasannya. Karena pekerjaanku sebagai content creator dan blogger Tentu beririsan juga dengan dunia social media kan.
Nah adik adik ini ternyata memiliki pengalaman yang bagus dengan sosial media. Mereka memperkenalkan dan menjaring pembaca novelnya melalui promosi di social media. Nah tips dan trik mereka nih yang menarik untuk aku simak
Seperti yang disampaikan novelis remaja, Assabel Audida. Gadis imut berkerudung cream ini mengatakan memanfaatkan enggagment Facebooknya sejak awal dia mulai belajar menulis dari note. Lalu beralih ke Instagram. Dan menarik pembacanya dengan menambahkan hastag tertentu. saat ini Assabel fokus menggunakan Instagram untuk promote karyanya.
Lain lubuk lain belalang. Kalau menurut Poppie, socmed itu mudah sekali mengaksesnya. Bisa dimana saja. Poppie lebih menyukai platform Instagram karena Paling gampang dilihat interaksi dan response para pembacanya terkait content yang Poppie share.
Sedangkan Luluk malah memanfaatkan semua jenis socmed. Facebook, Instagram, dan Twitter dimanfaatkan semuanya. Karena Luluk berharap dengan memanfaatkan semua linimasa dapat mengambil Sebanyak banyaknya peluang.
Apa saja sih content yang paling sering mereka share sebagai promosi di socmed. Ternyata selain potongan review cerita, juga ada video clip, rekaman suara Dan lain lainnya.
Giveaway juga sering mereka adakan. Poppie bahkan membuat akun socmed khusus untuk tokoh di dalam ceritanya.
Asli aku takjub banget dengan 3 orang ini. Mereka masih muda tapi mampu memanaje promosi karyanya sendiri. Memanaje fansclub menjalin keakraban dengan para pembacanya.
Be kreatif, dengarkan Saran Tim Dan harus disiplin itulah kunci kesuksesan, inilah intisari yang Luluk HF sampaikan saat talkshow
Sayang sekali Talkshow yang seru Dan dinamis hanya bisa berlangsung selama 1 jam karena Setelah Talkshow akan diadakan book signing novel karya ketiga novelis muda ini.
Itu tadi event Pertama yang kuikuti di Hari Pertama, event kedua pasti kalian pengen deh pas baca ini. Yuph event kedua adalah Talkshow bersama penulis buku sekaligus penyanyi.

Yuph benar Fiersa Besari mengupas kisah dibalik tulisan tulisannya dalam Talkshow berjudul ” Rythim in Words”
Sayangnya aku sempat telat masuk, jadi tertinggal sekitar 15 menitan. Aku masuk pas ketika fiersa menceritakan bagaimana hubungannya dengan hatersnya di social media.
Banyak haters yang sering Komen aneh aneh tapi setia sekali stalking di akunnya.
Sepertinya memang begitulah ya nasib orang terkenal. Pasti Ada aja hatersnya
Untungnya aku masih sempat mendengerkan sharring Fiersa tentang dunia literasi
Beberapa garis besar tentang tips menulis ala Fiersa Besari masih kuingat dengan jelas. diantaranya adalah bahwa menulis selain untuk diingat oleh orang lain, yang terpenting adalah untuk mengingat diri sendiri.
Fiersa juga membagi tips menulis yang beliau dapatkan juga dari Pidi Baiq. yakni menulis cepat tanpa berhenti. jadi tuangkan semua ide cerita yang terlintas tanpa terpotong potong atau berhenti. misal terdistraksi dengan gangguan dari luar (ada yang bertanya) tulis aja sekalian kejadian tersebut. terpenting ceritanya selesai, kemudian baru dibaca ulang. jangan langsung menjadi editor untuk diri sendiri. menulis ya menulis saja dulu jangan pikirkan idealitas.
Aih ternyata Fiersa yang akrab disapa dengan Bung ini orangnya sangat kocak. Sampai sampai aku bilang ke temanku Dian. ” Ternyata Bung orangnya asyik ya”. Dian mengiyakan dan malah merekomendasikanku untuk menonton video youtubenya Fiersa.
Ah baiklah, tidak terasa 1jam yang disediakan panitia untuk sesi talkshow Fiersa pun berakhir.
Hari ini aku benar benar merasa happy karena mengikuti dua kegiatan di GWRF 2019
Nah pembaca blogku apakah ada diantara kalian yang kemarin juga hadir di event ini? yuk bagikan pengalamanmu di kolom komentar ya.